Rabu, 04 November 2009

Selasa, 03 November 2009



hot rods

Kamis, 29 Oktober 2009

Rabu, 28 Oktober 2009

Rabu, 21 Oktober 2009

MOBIL TUA BISA JADI HOT ROAD


Ada yang suka mengoleksi mobil-mobil sebelum tahun 90an? Barangkali tips-tips ini bisa menjadi masukan buat Anda.

Tips pertama, belilah mobil tua yang bodinya masih bagus. Kadang ada yang beranggapan bahwa lebih hemat dan praktis membeli mobil yang mesinnya bagus. Pernyataan ini kurang tepat karena justru lebih ekonomis membeli mobil tua yang berbodi mulus tanpa cacat dan orisinil luar dalam, meskipun mesinnya jelek.

Misalkan Anda membeli mobil dengan mesin bobrok, cukup keluarkan satu-dua juta rupiah, bawa ke bengkel yang Anda anggap cukup qualified, dijamin dalam waktu seminggu mobil Anda sudah beres. Tentu saja ini tidak berlaku untuk mobil yang mesinnya benar-benar hancur. Tapi andaikan Anda membeli mobil yang bodinya jelek, sembilan jutaan akan keluar dari kantong Anda untuk keperluan cat, melengkapi aksesorisnya yang hilang (itupun kalau dapat), serta menunggu setidaknya tiga bulan sampai mobil kinclong kembali. Masuk akal, bukan?

Tips kedua, perhatikan surat-surat kelengkapannya. Mobil tua sebelum tahun 1970, selain STNK dan BPKB, harus dilengkapi boekpass yang merupakan surat resmi semacam sertifikat sebelum ada aturan mengenai BPKB. Jika boekpass tersebut masih ada, mobil itu memang benar-benar orisinil dan layak untuk dikoleksi.

Sebaiknya Anda juga menghindari mobil tua dengan transmisi otomatik. Sistem transmisi matik memang memanjakan pengendaranya, tetapi seringkali justru menjadi kebiasaan untuk mengabaikan ganti oli transmisi. Mobil matik sangat sensitif dengan sistem pelumasan. Lupa ganti oli atau kemasukan sedikit debu saja bisa menghancurkan sistem transmisi. Tapi tentu saja, ini hanya berlaku untuk mobil-mobil lawas.

Selain itu, ada sedikit trade-off antara mobil bermesin (cc) besar dengan mobil bermesin kecil. Mobil bermesin kecil memang irit, tetapi umumnya harga sparepartnya juga mahal. Terkadang dikit-dikit kudu ganti dan tidak nyaman. Sementara mobil bermesin besar memang cenderung boros, tetapi sparepartnya justru terbilang amat murah, awet, dan nyaman. Walaupun mungkin diperlukan sedikit pengorbanan untuk memperoleh sparepart tersebut.

Untuk membuktikan oke tidaknya mesin mobil tua, Anda bisa meminta penjualnya untuk menyalakan mesin sekitar lima menit, kemudian matikan. Rogoh knalpot dengan jari dan pastikan ada jelaga yang menempel di jari Anda dalam keadaan kering. Kalau jelaga tersebut terasa basah, lupakan saja. Kalau knalpotnya baru, lihat feeder knalpot (berbentuk seperti tangki sebelum ujung knalpot), apakah terlihat mengkilat seperti besi terbakar. Jika hitam atau mengelupas, sebaiknya lupakan saja.

Memilih ban dan velg yang sesuai juga tak kalah penting. Jika standarnya ring 13, jangan ngotot untuk memakai ring 17 sekadar untuk gaya-gayaan. Selain akan merusak tie rod, nantinya juga akan berpengaruh pada sitem suspensi dan akurasi speedometer.

Satu hal yang juga sering dilupakan adalah soal cat. Mobil lawas umumnya ditimpa dengan cat berwarna solid bawaan pabrik. Cat solid jangan terlalu sering dipoles. Berbeda dengan cat metalik, dimana makin dipoles justru makin mengkilap, cat solid yang sering dipoles malah menyebabkan cat makin tipis dan tidak mengkilat.

Last but not least, jika ingin hunting mobil tua seperti VW, Holden, Ford tua, Toyota tua, Fiat, Chevrolet dan mobil antik lainnya, Anda mungkin bisa dekati dulu klub-klub penggemar mobil tersebut. Mereka punya akses informasi yang lengkap dan umumnya sangat welcome terhadap siapapun. Bawa teman yang faham betul tentang kondisi mobil-mobil lawas juga bisa sangat membantu.

Oiya, saran saya, beli saja Holden lawas. Murah meriah. Harga rata-rata pasarnya dibawah Rp 20 juta. Tinggal dirapihin dan didandanin sedikit, keren punya hasilnya. Selain itu juga masih lumayan untuk dikoleksi. Saya ada rencana ngoleksi Holden Statesman. Sayang, agak susah nyarinya.

Selain Holden Statesman, saya juga naksir Mercedes-Benz 300E tahun 1988-1991. Kode mesinnya W124. Harga pasarnya antara Rp 65 juta hingga Rp 95 juta. Saya suka mesin ini karena merupakan salah satu produk terbaik Mercedes sebelum mengalami penurunan kualitas sejak tahun 1992. Penurunan kualitas ini sebetulnya juga dilakukan oleh produsen lain seperti Audi, Volvo, dan pabrikan Eropa lainnya demi mengejar efisiensi produksi. Selain W-124, mesin terakhir yang masih merupakan high quality product dari Mercedes adalah W140 untuk mobil S-Class yang dirilis tahun 1991.